Beranda | Artikel
Doa Saat Kita Merasa Sedih
Sabtu, 17 Agustus 2024

Sunnatullah, ada kebahagiaan dan ada kesedihan

Di antara sunnatullah yang berlaku di dunia ini adalah adanya perkara yang berpasangan, ada hidup dan ada mati; ada senang dan ada sedih; ada laki-laki dan ada perempuan; ada sehat dan ada sakit; ada muda dan ada tua. Demikian pula ada dunia dan ada akhirat, ada surga dan neraka. Ketika seseorang memahami sunnatullah ini, dia akan lebih mudah dalam menjalani lika-liku kehidupan ini. Ketika dia sedang dalam kondisi sakit, dia lebih bisa bersabar karena dia sadar tidak mungkin manusia selamanya sehat tidak pernah sakit. Demikian pula saat muda, dia sudah memahami dan menyadari bahwa suatu saat dia akan menua dan lemah, sehingga bisa menerima ketika waktu itu tiba.

Demikian pula, ada masa di mana Allah memberikan kebahagiaan dan sebaliknya, ada masa di mana kita tertimpa kesedihan yang membuat kita menangis. Ada saatnya kita tertawa, bahagia, makan enak, dan ada saatnya saat kita bersedih dan menangis. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ

“Dan Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An-Najm: 43)

Allah Ta’ala berfirman,

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 140)

Dengan menyadari hal ini, maka kita pun sadar bahwa kita adalah makhluk, di saat-saat genting, kita membutuhkan Allah Ta’ala. Siapa yang akan menolong kita kecuali Allah Ta’ala? Sehingga ketika tertimpa musibah, kita pun kembali kepada Allah. Allah siapkan perangkat untuk menghadapi musibah, baik itu akal untuk mencari solusi, atau Allah karuniakan kesabaran, atau doa yang Allah ajarkan di saat sulit tersebut.

Doa agar diberikan ketenteraman hati dan dihilangkan kesedihan

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، اِبْنُ عَبْدِكَ، اِبْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.

ALLOOHUMMA INNI ‘ABDUK, IBNU ‘ABDIK, IBNU AMATIK, NAASHIYATII BIYADIK, MAADHIN FIYYA HUKMUK, ‘ADLUN FIYYA QODHOO-UK. AS-ALUKA BIKULLISMIN HUWA LAK, SAMMAYTA BIHI NAFSAK, AW ANZALTAHU FII KITAABIK, AW ‘ALLAMTAHU AHADAN MIN KHOLQIK, AWISTA’TSARTA BIHI FII ‘ILMIL GHOIBI ‘INDAK. AN TAJ’ALAL QUR’AANA ROBII’A QOLBII, WA NUURO SHODRII, WA JALAA-A HUZNII, WA DZAHAABA HAMMII.

(Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu (yaitu, ayah), dan anak dari hamba perempuan-Mu (yaitu, ibu). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, ketentuan-Mu kepadaku pasti adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau miliki, yang Engkau namakan Dirimu sendiri dengan nama tersebut, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu. Aku mohon jadikan Al-Quran sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka, dan penghilang kesedihanku.) (HR. Ahmad, 1: 391 dan 1: 452, sahih)

Doa ini sangat luar biasa makna dan nilainya, sehingga penting bagi kita untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam doa ini.

Bagian pertama, adalah ikrar keberadaan Allah, penghambaan kita kepada Allah, dan juga kemahakuasaan Allah Ta’ala.

“Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu (yaitu, ayah), dan anak dari hamba perempuan-Mu (yaitu, ibu)”, menunjukkan ketundukan kita kepada Allah Ta’ala, kita mengakui bahwa kita adalah hamba Allah Ta’ala.

“Ubun-ubunku di tangan-Mu”, menunjukkan ruh kehidupan kita ada di tangan Allah Ta’ala. Kita bisa berdoa dan beribadah, karena kita diberikan kehidupan oleh Allah Ta’ala.

“Keputusan-Mu berlaku padaku”, menunjukkan penerimaan kita terhadap takdir Allah Ta’ala. Ketika hari ini kita sedih, kita menyadari bahwa itu memang takdir dari Allah Ta’ala, dan kita menerima keputusan Allah tersebut dengan lapang dada. Orang yang menerima musibah dengan sabar dan lapang dada, dia kan mendapatkan tiga hal: 1) dia akan mendapatkan pahala, 2) dia akan mudah melaluinya, dan 3) akan mendapatkan solusi dari musibahnya. Sehingga setiap musibah apapun yang menimpa kita, ada ujung kemudahan dan solusi dari Allah Ta’ala. Kita tetap berprasangka baik kepada Allah Ta’ala.

Berbeda halnya dengan orang yang tertimpa musibah lalu protes, berkeluh kesah, dan tidak bisa menerima. Maka dia mendapatkan dosa karena memprotes keputusan Allah Ta’ala, dia pun akan merasa berat dan sulit melalui musibah tersebut, dan tidak mendapatkan solusi sampai dia kembali kepada Allah Ta’ala.

“Ketentuan-Mu kepadaku pasti adil”, Allah yang memberikan musibah kepada kita itu karena keadilan-Nya. Allah mengetahui mengapa Allah berikan cobaan tersebut. Allah tidak akan menguji seorang hamba melebihi kemampuannya. Allah Mahaadil, Allah tahu bahwa kita akan mampu melalui musibah tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak akan membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Bagian kedua, untuk meminta kepada Allah dengan memuji Allah Ta’ala.

Allah memiliki nama-nama yang mulia, dan kita bertawassul dengan semua nama Allah Ta’ala. Nama-nama Allah tersebut, bisa jadi kita ketahui atau kita belum mengetahuinya. “Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau miliki, yang Engkau namakan Dirimu sendiri dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu.”

Pada bagian kedua ini, kita belum meminta spesifik apa yang kita hajatkan.

Bagian ketiga, inti permintaan.

“Aku mohon jadikan Al-Quran sebagai penenteram hatiku”, semua puji-pujian tadi itu adalah untuk meminta agar Allah menjadikan Al-Quran sebagai penenteram dan penghibur hati kita. Inti dari doa ini adalah Al-Quran, karena semua yang dinisbatkan kepada Al-Quran adalah kemuliaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam termuliakan karena Al-Quran. Al-Quran adalah kalamullah, bukan makhluk. Yang hidup dengan Al-Quran, dia akan bahagia.

“Cahaya di dadaku”, karena ada hati yang penuh dengan kegelapan, yaitu hati dari orang berbuat maksiat. Oleh karena itu, seorang yang beriman itu sangat peka ketika dia tertimpa musibah, sekecil apapun itu, dia akan menjadikannya sebagai peringatan atas dosa yang dia lakukan.

“Pelenyap duka, dan penghilang kesedihanku”, karena Allah-lah yang mampu melenyapkan dan menghilangkan kesedihan kita secara total. Berbeda dengan manusia, mereka mungkin hanya menghibur dan membesarkan diri kita sesaat saja. Akan tetapi, yang benar-benar melenyapkan kesedihan kita secara total hanyalah Allah Ta’ala.

Demikianlah pembahasan ini, semoga bermanfaat.

***

@10 Shafar 1446/ 15 Agustus 2024

Penulis: M. Saifudin Hakim


Artikel asli: https://muslim.or.id/97208-doa-saat-kita-merasa-sedih.html